Sabtu, 17 Desember 2011

Makalah Paragraf

http://agung-luqman.blogspot.com/2010/07/bab-i-pendahuluan-1.html
    BAB I
    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang
    Pada waktu-waktu terakhir ini makin dirasakan betapa pentingnya fungsi dari bahasa seperti alat komunikasi. Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa, selain ahli-ahli bahasa, semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktek bahasa. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyrakat akan lumpuh tanpa bahasa.

    Bahasa adalah system lambing bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

    Dalam hubungannnya dengan penggunaan kohesi, selain teks dalam konsep pengertian dalam bahsa tertulis, kohesi juga kan berhubungan dengan konsep wacana yaitu sebagai kesinambungan cerita dengan bahasa yang mudah dan kesinambungan ini ditunjang oleh jaringan informasi.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, wacana didefinisikan sebagai: 1) ucapan, perkataan, tutur; 2) keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan; 3) satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan utuh seperti novel buku, atau artikel, atau pada pidato, khitbah, dan sebagainya.

    Sementara itu, wacana sama dengan paragraf. Paragraf itu tersusun atas kalimat-kalimat yang menyatu dan dalam paragraf memiliki pokok pikiran atau gagasan.

    Berdasarkan uraian tersebut pada makalah ini dibahas pola paragraf persuasi.


    1.2 Rumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dimunculkan masalah yaitu:
    1. Bagaimana paragraf persuasi yang ada pada Koran jawa pos kolom politik?
    2. Jenis-jenis paragraf persuasi apa saja yang ada pada koran jawa pos kolom politik?


    1.3 Tujuan Penulisan
    1. Mendiskripsikan paragraf persuasi pada Koran jawa pos kolom politik.
    2. Mendiskripsikan jenis-jenis paragraf persuasi pada Koran jawa pos kolom politik.


    1.4 Manfaat
    1. Untuk siswa: Sebagai bahan pemahaman tentang paragraf persuasi dari Koran jawa pos kolom politik.
    2. Untuk guru: Sebagai bahan pengajaran tentang paragraf persuasi dari Koran jawa pos kolom politik.


    1.5 Asumsi
    Siswa kelas X SMA 1 Pesanggaran sudah mendapat materi menganalisis paragraf persuasi.








    BAB II
    KAJIAN PUSTAKA

    Pembahasan pustaka ini disusun sebagai landasan kerja penelitian. Didalam pembahasan pustaka terdapat kajian teori yang mendasari permasalahan penelitian, yang meliputi pembahasan : 1) pengertian paragraf, 2) macam-macam paragraf, 3) wacana koran Jawa Pos.

    2.1 Pengertian paragraf
    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan dan biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimu-lai dengan garis baru (Depdiknas, 2002). Ada berbagai cara para pakar mengama-ti paragraf. D’Angelo (1977:219) mencatat sekurang-kurangnya ada empat cara orang memandang paragraf. Cara pertama, paragraf dipandang sebagian tulisan yang lebih besar. Cara kedua, paragraf dipandang sebagai sekelompok kalimat yang bertalian secara logis, yaitu dibangun unsur-unsur yang menyatu berdasar-kan atas satu topik. Cara ketiga, paragraf diamati sebagai jenis kalimat yang diper-luas. Cara memandang paragraf keempat, adalah paragraf dianggap sebagai ka-rangan kecil. Menurut definisi Barnett (1974) paragraf adalah seperangkat kalimat berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimat-kalimat tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang dikandungnya dapat dibatasi, dikembangkan dan diperjelas.
    Syafi’ie (1988:145) menguraikan pengertian paragraf adalah sebagai ka-rangan utuh dalam bentuk miniatur karena ciri-ciri utama suatu karangan dipunyai oleh suatu paragraf. Suatu karangan mempunyai perihal pokok yang dikemukakan sebagai isi pokok komunikasi. Demikian pula paragraf juga mempunyai pikiran pokok yang merupakan isi pokok paragraf. Suatu karangan dibangun dengan menggunakan sejumlah unsur, yaitu kata, kalimat, dan paragraf. Demikian pula, para-graf dibangun berdasarkan sejumlah unsur yaitu kata dan kalimat. Suatu karangan menyajikan isi secara utuh. Demikian pula paragraf menyajikan isi se-cara utuh. Walaupun paragraf mempunyai ciri-ciri yang sama dengan karangan, namun dalam sebuah karangan paragraf tetap merupakan unsur bagian karangan. Ujud sebuah paragraf adalah berupa rangkaian kalimat-kalimat yang terdiri dari dua kalimat atau lebih. Dapat pula sebuah paragraf hanya terdiri dari satu kalimat saja yang keseluruhan isi kalimat dalam paragraf merupakan satu kesatuan yang dibangun di atas satu ide atau pikiran pokok. Sedangkan menurut Tarigan (1996) paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun secara logis dan sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran atau mengandung satu ide pokok yang tersirat dalam karangan.
    Sejalan dengan cara memandang paragraf di atas, berbagai batasan para-graf diberikan oleh para pakar. Menurut Oshima dan Hogue (1983:1), paragraf adalah satuan dasar tulisan atau karangan yang di dalamnya sekelompok kalimat yang saling berhubungan mengembangkan satu gagasan utama.
    Keraf (1997:70), membagi paragraf menjadi paragraf deduksi, paragraf induksi, paragraf campuran. Paragraf deduksi adalah paragraf yang gagasan uta-manya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan paragraf itu dinyatakan dalam kalimat pertama. Kemudian disusul oleh penjelasan-penjelasan terperinci terhadap gagasan utama. Paragraf deduksi dibedakan menjadi: (1) para-graf perbandingan yaitu yang kalimat topiknya berisi perbandingan dua hal yang bersifat abstrak dan konkret, (2) paragraf pertanyaan yaitu kalimat topiknya dije-laskan dengan kalimat penjelas berupa kalimat tanya dan kalimat berita, (3) para-graf contoh yaitu kalimat topiknya dikembangkan dengan memberikan contoh-contoh sehingga kalimat topik jelas pengertiannya, (4) paragraf perulangan yaitu kalimat topik dikembangkan dengan pengulangan kata atau kelompok kata atau bagian-bagian kalimat yang penting, (5) paragraf definisi yaitu kalimat topik memerlukan penjelasan agar tepat maknanya dipahami oleh pembaca, dan (6) paragraf sebab akibat yaitu kalimat topik dikembangkan dengan memberikan sebab atau akibat dari pernyataan pada kalimat topik.
    Paragraf induksi adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak diakhir paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta-fakta atau uraian-uraian. Kemudian dari fakta-fakta itu penulis menggeneralisasikannya ke dalam sebuah kalimat. Paragraf induksi dibedakan menjadi: (1) paragraf yang menggunakan proses penalaran ge-neralisasi yaitu beberapa pernyataan yang mempunyai ciri-ciri tertentu untuk men-dapatkan kesimpulan yang bersifat umum, (2) paragraf yang menggunakan pena-laran analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain, (3) hu-bungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan, seperti sebab-akibat yaitu penalaran yang berawal dari peristiwa yang merupakan sebab kemudian sampai pada kesimpulan sebagai aki-batnya. Polanya adalah A mengakibatkan B, akibat-sebab yaitu penalaran yang dimulai dengan peristiwa yang menjadi akibat, peristiwa itu kemudian di-analisis untuk mencari penyebabnya, dan sebab akibat-akibat adalah suatu penyebab da-pat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya, hingga timbul rangkaian be-berapa akibat.
    Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit atau tekanan atau variasi. Dapat pula, kalimat penjelas dibagi menjadi dua bagian di awal dan di akhir paragraf sedangkan kalimat topik-nya di tengah.
    Berdasarkan pandangan para pakar yang mengamati tentang paragraf, ma-ka Tarigan (1996:11) mengungkapkan ada beberapa ciri atau karakteristik para-graf, seperti: (1) setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide po-kok, (2) umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat, (3) paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran, (4) paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat, (5) kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis sistematis.
    Sejalan dengan pandangan tersebut, Saraka (1988:30) menyatakan bahwa paragraf dibangun oleh tiga komponen, yaitu (1) sebuah kalimat topik, (2) sejum-lah kalimat pendukung, dan (3) sebuah kalimat penyimpul. Menurut Tarigan (1986:20), keberadaan kalimat penyimpul tidak mutlak ada dalam setiap paragraf, karena keberadaannya hanya berfungsi sebagai penegasan kembali dari kalimat topik, atau merupakan kalimat topik yang terletak di akhir paragraf. Dengan demi-kian, dapat disimpulkan bahwa struktur paragraf dibentuk oleh dua komponen utama, yaitu (1) kalimat topik, dan (2) kalimat pendukung.
    Fungsi kalimat topik dalam struktur organisasi paragraf secara mendasar merupakan aspek isi atau gagasan. Dari segi isi, kalimat topik sering disebut de-ngan istilah ide pokok, ide utama, gagasan inti, pikiran utama, central idea. (Tarigan, 1986 :18; Soedjito dan Hasan, 1986:12; Muljono, 1991:24; Willis, 1963 :50-51).
    Posisi kalimat topik di dalam paragraf dapat terletak di (1) awal paragraf, (2) akhir paragraf, (3) awal dan akhir paragraf. Berkaitan dengan jenis kalimatnya, Ackley (1986:37) menyatakan bahwa secara umum kalimat topik berupa kalimat deklaratif. Kalimat topik menyatakan dalam bentuk umum isi paragraf.
    Kalimat pendukung juga disebut dengan istilah-istilah, di antaranya ialah kalimat penjelas, kalimat pengembang, kalimat penunjang, atau support sentence. Secara definitif, Soedjito dan Hasan (1986:23) membatasi pengertian kalimat pen-dukung sebagai kalimat yang berisi pikiran-pikiran penjelas, atau kalimat-kalimat yang berisi rincian dari kalimat utama.

    2.2 Jenis-Jenis Paragraf

    2.2.1 Paragraf Argumentasi
    Paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan alasan, bukti, dan sejenis-nya, digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menye-tujui pendapat, sikap, atau keyakinan penulis. Dalam beberapa hal terdapat persamaan dan perbedaan antara paragraf argumentasi dengan paragraf ekspo-sisi. Persamaannya, sama-¬sama menjelaskan pendapat, gagasan, dan keyakin-an. Sama sama memerlukan fakta yang diperkuat atau diperjelas dengan ang-ka, peta, grafik, diagram, gambar. Sama sama memerlukan analisis dan sinte-sis dalam pembahasannya. Sama sama menggali idenya dari pengalaman, pengamatan dan penelitian, sikap dan keyakinan. Perbedaannya, tujuan ekspo-sisi menjelaskan dan menerangkan sehingga pembaca memperoleh informasi sejelas jelasnya. Argumentasi bertujuan untuk mempengaruhi pembaca se-hingga pembaca menyetujui bahwa pendapat, sikap, dan keyakinan kita benar. Eksposisi menggunakan contoh, grafik, untuk menjelaskan sesuatu yang kita kemukakan. Argumentasi memberi contoh, grafik, untuk membuktikan bahwa sesuatu yang kita kemukakan itu benar. Penutup pada akhir eksposisi biasanya menegaskan lagi dari sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya. Pada akhir argumentasi biasanya diakhiri dengan kesimpulan sebagai penegasan atas per-nyataan yang telah diuraikan sebelumnya.
    2.2.1.1 Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi

    Dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi ini, akan diuraikan pro-sedur menulis argumentasi, struktur argumen, kegunaan prinsip logika dalam me-nulis argumentasi, dan pola argumen.
    2.2.1.2 Prosedur Menulis Argumentasi
    Penulisan suatu argumen bertolak dari suatu topik. Topik, yang sering di-sebut pokok persoalan, merupakan tempat mencari argumen. Keraf (1994:107) menyatakan bahwa pokok persoalan terdiri atas bagian bagian pengalaman yang diturunkan yang berupa kesatuan proposisi bagi suatu argumen. Dalam praktik-nya, kenyataan kenyataan yang ada mengenai sebuah topik dirumuskan dalam pernyataan faktual yang mencerminkan kembali persepsi kita mengenai kenyataan itu. Dengan kenyataan yang faktual itu, berarti proposisi haruslah mengandung kebenaran.
    Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menulis argumentatif adalah kemampuan berpikir logis. Kemampuan ini penting dikuasai karena menulis merupakan perwujudan retorika. Unsur pokok retorika adalah ke-mampuan berpikir logis atau kemampuan berpikir rasional. Menurut Syafi'ie (1988:182) seorang penulis harus memiliki kemampuan penalaran yang baik da-lam menyusun karangan, sehingga membuat karangan yang disusunnya menjadi kompak dan meyakinkan. Selanjutnya, Kahane (1978:3) menyebutkan bahwa argumen yang valid dibagi dalam dua jenis penalaran, yakni deduktif dan induktif. Model deduktif dan induktif merupakan pola yang sangat banyak digunakan. Struktur ini sangat umum sifatnya dan biasanya ditemukan dalam model penulisan sehari hari. Pola model deduktif induktif dalam penelitian ini digunakan untuk melihat variasi pola paragraf yang disusun siswa dikaitkan dengan penempatan unsur unsur argumen. Selanjutnya, Kosasi (2002:73-81) mengemukakan model penalaran deduktif dan induktif dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi sebagai berikut.
    2.2.1.3 Model Penalaran Deduksi
    Pernyataan umum sebagai data. Berdasarkan pernyataan itulah kita mena-rik kesimpulan. Pernyataan yang mendasari suatu kesimpulan disebut premis. Pe-nalaran deduksi dibedakan menjadi: (1) silogisme, dan (2) entimen. Silogisme pe-nalaran deduksi secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Pre-mis yang pertama disebut premis umum, dan premis yang kedua disebut premis khusus. Dari kedua premis tersebut, kesimpulan dirumuskan. Misalnya: binatang menyusui melahirkan anak dan tidak bertelur (PU), ikan paus binatang menyusui (PK), ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur (K). Entimen penalaran de-duksi secara langsung. Dalam hal ini kesimpulan hanya dirumuskan hanya berda-sarkan satu premis. Oleh karena itu, entimen disebut juga sebagai silogisme yang diperpendek. Misalnya: Henny tidak mau menerima uang suap karena ia hakim yang baik.



    2.2.1.4 Model Penalaran Induktif
    Penalaran induktif dibedakan menjadi: (1) generalisasi, (2) analogi, (3) hu-bungan kausal. Generalisasi adalah proses penalaran yang menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai ciri ciri tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Msalnya: jika dipanaskan besi memuai, jika dipanaskan tem-baga memuai, jika dipanaskan emas memuai, jadi jika dipanaskan semua logam akan memuai.
    Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memi-liki sifat sama. Cara ini didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Misalnya: alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bu-mi, bulan, dan bintang yang berjuta juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seper-ti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang maha besar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada pula penciptanya? Pen-cipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan me-sin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang pada ciptaan ciptaannya itu.
    Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa¬-peristi wa yang memiliki pola hubungan sebab akibat, akibat sebab, dan sebab akibat akibat. Penalaran sebab akibat berawal dari peristiwa yang merupakan sebab kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatanya. Polanya adalah A mengakibatkan B, Misalnya: era reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternya-ta membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan indus-tri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi dalam pasaran dunia menghasilkan devisa bermilyar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era reformasi ini Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
    Pola akibat-sebab dimulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristi-wa itu kemudian dianalisis untuk mencari penyebabnya. Misalnya: Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi isterinya pergi ke apotek membe-li obat. Karena itu pasti Badu itu sedang sakit.
    Pola sebab akibat akibat adalah suatu penyebab dapat menimbulkan se-rangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan aki-bat kedua. Demikianlah seterusnya, hingga timbul rangkaian beberapa akibat.

    2.2.1.5 Struktur Argumen Berdasarkan Penggolongannya
    Dalam menulis argumentasi struktur argumen digunakan dengan cara yang bervariatif, tergantung pengembangannya. Toulmin (dalam Golden dkk., 1984:373) menyatakan bahwa struktur argumen berisi enam unsur argumen terdiri dari: (1) pernyataan (claim), (2) data (ground.), (3) pembenaran (warrant), (4) penunjang (backing/support), (5) kualifikasi (qualifier), (6) penolakan (rebuttal). Namun, dalam perkembangannya muncul pengklasifikasian yang bervariasi. Purves (1988: 144) mengemukakan ada tiga bagian model yang terdiri atas (1) pernyataan (claim) (2) data (ground), (3) pembenaran (warrant). Sementara itu, Hairston (1981:65) menyebutkan ada lima unsur dalam analisa argumen yakni: (1) pernya-taan (claim), (2) data (ground), (3) pembenaran (warrant), (4) penunjang (support), dan (5) kualifikasi (qualifier). Syafi'ie (1988:97) mendata lima unsur logika Toulmin dalam argumen yakni (1) pernyataan (claim), (2) data (ground), (3) pembenaran (warrant), (4) pe-nunjang (support), dan (5) kualifikasi (qualifier). Tibbetts and Tibbetts (1991:351) menggolongkan unsur argumen menjadi enam golongan yakni (1) claim, (2) support, (3) warrant, (4) qualifier, (5) reservation, and (6) motivational appeal.
    Di samping adanya perbedaan jumlah penggolongan, ternyata juga ada perbedaan dalam penggunaan istilah. Tampaknya dari beberapa kutipan terakhir menunjukkan adanya persamaan di samping juga adanya perbedaan. Pada dasar-nya, logika Toulmin paling tidak dibangun oleh tiga unsur yakni (1) pernyataan (claim), (2) data (ground), (3) pembenaran (warrant); sedangkan unsur unsur lain merupakan penjelasan tambahan yang kiranya dapat melengkapi penjelasan yang sudah ada. Artinya, unsur unsur lain tidak mutlak ada. Dengan demikian, argu-mentasi praktis meliputi unsur unsur yang sama begitu juga prosedur dalam sega-la jenis kegiatan manusia yang berbeda beda. Dasar-dasar argumentasi terlihat digunakan secara fleksibel oleh komunikator. Hal ini bergantung pada tujuan da-lam membentuk suatu komunikasi. Dalam argumentasi yang lebih kompleks, unsur unsur pendukung yang lain seharusnya ada.
    Bila dikaitkan dengan penelitian ini yang objeknya berada pada tingkat pendidikan dasar, tampaknya proses berpikir siswa belum menunjukkan kom-pleksitas dalam menyusun paragraf argumentatif. Menurut peneliti, pola apapun yang terungkap dari siswa, merupakan kemampuan siswa berargumentasi secara alamiah karena pada dasarnya tidak ada suatu perlakuan terhadap siswa. Oleh ka-rena itu, temuan tersebut patut dihargai.
    Selanjutnya penulis jelaskan unsur-unsur dalam logika Toulmin untuk da-sar pencapaian kemampuan siswa dalam penelitian ini: (1) pernyataan (claim) adalah sesuatu yang dinyatakan kepada orang lain sebagai suatu pembuktian, dan itu bisa dinyatakan secara eksplisit dan implisit, (2) data (ground) adalah alasan pembuktian yang digunakan untuk mendukung pernyataan, (3) pembenaran (Wa-rrant) adalah suatu pemyataan yang berupa prinsip prinsip umum yang melandasi keabsahan (validitas) pernyataan berdasarkan hubungan antara prinsip-¬prinsip umum dengan data yang menunjang, (4) penunjang (Backing/support) adalah bahan bahan lain sebagai tambahan untuk lebih memperkuat pernyataan dan data sehingga meyakinkan pembaca, (5.) kualifikasi (qualifier) adalah sesuatu pernya-taan yang biasanya menggunakan kata kata seperti: mungkin, barangkali, seperti-nya, dan lain lain, (6) penolakan (rebuttal) adalah kondisi yang memungkinkan pernyataan (claim) tidak sahih dan cakupannya terbatas.

    2.2.1.6 Kegunaan Prinsip Logika dalam Menulis Argumentasi
    Dalam kegiatan menulis argumentasi, penulis berupaya untuk meyakinkan pembacanya dengan menggunakan prinsip logika. Logika digunakan untuk mem-buktikan kebenaran argumentasi. Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir dengan tepat (Lanur, 1989:7), Kegiatan berpikir (dalam arti luas) memang lebih dari sekedar bernalar, tetapi kegiatan pokok pikiran dalam mencari pengetahuan adalah penalaran, maka pikiran dan penalaran merupakan hal yang mendasari pengetahuan (Sudarminta, 2002:39).
    Istilah argumentasi sering diberi pengertian yang berbeda beda oleh sejumlah ahli. Oleh karena itu, untuk merumuskan pengertian argumentasi, penulis mendasarkan pada sejumlah pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah ahli. Kosasih (2002: 68) menyatakan argumentasi berasal dari kata argumen yang ber-makna alasan. Argumentasi berarti pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan.
    Keraf (1994:3) menyatakan bahwa argumentasi merupakan suatu proses bernalar yang di dalam penalaran itu serangkaian fakta dihubungkan dengan pen-dapat atau pertimbangan yang keduanya disusun secara koheren untuk menghasil-kan suatu kesimpulan. Ia memandang argumentasi sebagai suatu usaha untuk me-ngajukan bukti bukti atau menurunkan kemungkinan kemungkinan untuk menya-takan pendapat atau sikap mengenai sesuatu hal. Melalui argumentasi seseorang menyatakan pendirian. Dan melalui argumentasi seorang penulis berusaha me-rangkaikan fakta fakta sedemikian rupa sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pen-dapat atau suatu hal tertentu itu benar.
    McCrimmon berpendapat bahwa argumentasi merupakan suatu bentuk atau metode berpikir, yaitu bentuk atau metode berpikir, yang menghubungkan antara evidensi dan konklusi. Bahkan ditegaskan bahwa hubungan erat antara evi-densi dengan konklusi itulah yang disebut argumentasi (McCrimmon, 1963:314) Hubungan argumentasi dan logika adalah untuk membuktikan suatu kebe-naran, argumentasi mempergunakan prinsip prinsip logika sebagai suatu konsep yang terkecil dan fundamental yang dapat diturunkan untuk semua pengetahuan (Keraf, 1982). Sekalipun argumentasi dengan logika terdapat hubungan yang sa-ngat erat. Untuk membuktikan suatu kebenaran argumentasi menggunakan prin-sip logika. Namun, antara logika dan argumentasi dilihat dari sudut ontologi ada perbedaan. Logika sebagai ilmu dan argumentasi sebagai retorika. Dalam istilah, argumentasi menggunakan istilah benar (true) dan salah (false), sedangkan untuk logika menggunakan istilah absah (valid). Jadi, dalam memperoleh pengetahuan, manusia menggunakan alat atau da-ya yang berupa budi atau akal sehingga disebut berpikir. Dengan berpikir diharap-kan manusia dapat mengungkapkan gagasannya secara logis. Berkaitan dengan hal itu, penerapan argumentasi dengan prinsip logika perlu dilatih pada siswa se-kolah dasar untuk mengurangi pemikiran sempit dikemudian hari. Artinya, siswa yang senantiasa dilatih untuk mengungkapkan gagasan secara logis akan mampu melihat jati dirinya sendiri dikemudian hari.




    2.2.1.7 Pengembangan Pola Argumen

    Sejalan dengan pola perkembangan isi argumentasi yang tersusun menurut pola atau hubungan logis, maka dapat dikatakan bahwa pengembangan argumen-tasi membutuhkan perencanaan, pertimbangan, dan pemikiran yang lebih seksa-ma. Hal ini diperlukan baik dalam hal (1) penerapan sejumlah unsur pokok kegiat-an menulis yang dilibatkan, maupun dalam (2) prosedur penciptaan teksnya. Suatu argumen disampaikan untuk meyakinkan pembaca atau pendengar. Keraf, (1982 :107) menyatakan bahwa keyakinan atau kepercayaan seorang pembaca muncul bukan karena bentuk suatu argumen melainkan karena isinya. Dalam arti, jenis pengembangan argumen terkait dengan proposisinya. Pendapat ini sangat logis sebab dalam kenyataan menulis sehari-¬hari, seorang penulis mungkin mengguna-kan suatu bentuk yang sama, tetapi isinya berbeda. Akibatnya, efek yang ditim-bulkan pun akan berbeda.
    Penggunaan keenam unsur argumen menurut Toulmin dapat menghasilkan lima pola argumen atau lima penempatan unsur-unsur argumen. Pola argumen pertama, yaitu terdiri atas unsur claim (C1) dan ground (Gr). Pola argumen kedua, terdiri dari unsur claim (C1), ground (Gr), dan warrant (Wr). Pola argumen ketiga, terdiri dari unsur claim (C1), ground (Gr), warrant (Wr), dan backing (Bc). Pola argumen keempat, terdiri dari unsur claim (Cl), ground (Gr), warrant (Wr), ba-cking (Bc), dan modal qualifier (Mq). Selanjutnya, terakhir pola argumen yang kelima, terdiri dari unsur claim (Cl), ground (Gr), warrant (Wr), backing (Bc), modal qualifier (Mq), dan rebuttal (Rb) (Setiyaningsih, 1993:42).
    Contoh salah satu esei dengan pola argumen, berikut. “Saya kira kita sis-wa Deer Creek School, hendaknya dijinkan meminum minuman selama kelas ber-langsung. Pertama, alasannya adalah untuk mempercepat berlalunya waktu hari belajar. Kedua, saya rasa guru tidak adil dan kejam, jika meminum kopi dan mi-numan ringan di depan siswanya. Terakhir, saya kira jika para siswa tidak khawa-tir dalam melakukan perjalanan ke sumber air, mereka akan bisa konsentrasi pada pekerjaan sekolahnya. Diijinkan meneguk minuman merupakan tambahan yang menyenangkan pada hari sekolah” (Esei Michael dalam Tompkins, 1990:312).
    Esei Michael tersebut diorganisasikan dengan pola yang baik, karena ada bagian awal, tengah, dan akhir yang jelas. Unsur argumen juga digunakan secara jelas. Dia menulisnya dengan secara jelas menyatakan posisinya dalam kalimat pertama sebagai pernyataan/claim dilanjutkan dengan kalimat berikutnya merupa-kan pendukung atau unsur argumen tambahan. Kemudian, dia mengemukakan tiga alasan dan memberi isyarat kepada pembaca alasan-alasan dengan mengguna-kan kata-kata pertama alasannya, kedua, dan terakhir. Dalam kalimat terakhir, Michael menyimpulkan argumennya dengan melakukan prediksi.
    Jadi, paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alasan contoh, dan bukti bukti yang kuat untuk meyakinkan pembaca. Alasan alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, atau keyakinan. Untuk mengkomunikasikan materi tersebut perlu strategi yang sesuai. Dalam penyampaian materi pembela-jaran dilaksanakan secara bertahap. Artinya tidak disampaikan secara serempak. Dengan demikian, pendekatan proses yang diaplikasikan dengan berbagai strategi dianggap sesuai untuk digunakan. Tetapi, implikasi dari pendekatan lain tetap ada, karena semua pendekatan itu saling terkait.
    2.2.2 Paragraf Narasi
    Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau ke-jadian sehingga pembaca seolah olah mengalami sendiri kejadian yang dice-ritakan itu. Dalam paragraf narasi terdapat tiga unsur utama, yakni: (1) tokoh tokoh, (2) kejadian, dan (3) latar atau ruang dan waktu. Paragraf narasi terbagi menjadi dua jenis, yakni: (1) narasi fiksi, dan (2) narasi nonfiksi. Narasi fiksi adalah mengisahkan peristiwa peristiwa imajinatif. Narasi fiksi ini disebut juga narasi sugestif, seperti novel, roman, dan cerpen. Narasi nonfiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa faktual, sesuatu yang ada dan benar benar terjadi. Narasi ini disebut juga narasi ekspositoris, seperti biografi dan laporan perjalanan.




    2.2.3 Paragraf Deskripsi
    Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu de-ngan jelas dan terperinci. Pola pengembangan paragraf deskripsi, antara lain po-la pengembangan spasial dan pola sudut pandang. (1) pola spasial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu. Dengan teratur, penulis menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari atas ke bawah dan sebagainya, (2) pola sudut pandang adalah pola pengem-bangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam me-lihat sesuatu. Untuk menggambarkan suatu tempat atau keadaan, pertama penu-lis mengambil sebuah posisi tertentu. Kemudim secara perlahan-lahan dan ber-urutan, ia menggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat sampai kepada yang terjauh atau sebaliknya.


    2.2.4 Paragraf Eksposisi
    Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan sua-tu hal atau objek, agar para pembaca dapat memahami hal atau objek itu de-ngan sejelas jelasnya. Untuk memaparkan masalah yang dikemukakan, para-graf menggunakan contoh, grafik, serta berbagai bentuk fakta dan data lainnya. Sedikit terdapat tiga pola pengembangan paragraf eksposisi yakni: (1) cara pro-ses, (2) sebab akibat, (3) ilustrasi. Pola proses merupakan suatu urutan dari tindakan tindakan atau perbuatan perbuatan untuk menciptakan atau mengha-silkan sesuatu atau pengurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk me-nyusun sebuah proses, langkah-langkahnya adalah penulis harus: (1) menge-tahui perincian perincian secara menyeluruh, (2) membagi proses tersebut atas tahap tahap kejadiannya, (3) menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas. Pola sebab akibat adalah pola pengembangan paragraf dimana sebab bisa ber-tindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengem-bangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab akibat sebenarnya sa-ngat dekat hubungannya dengan proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antara bagian bagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal. Pola ilustrasi adalah sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi ilustrasi konkret. Dalam karangan eksposisi ilustrasi ilustrasi itu tidak berfung-si untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi tersebut digunakan sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengalaman pengalaman pribadi merupakan bahan llustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan gagasan umum tersebut.


    2.2.5 Paragraf Persuasi
    Persuasi (persuasion) berasal dari istlah latin yaitu persuasio yang berarti membujuk, mengajak, atau merayu. Sedang menurut beberapa ahli mendefinisikan persuasi sebagai usaha untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasi motif orang ke arah tujuan yang sudah ditetapkan (Brembeck and Howell 1952).
    Menurut Appleboum dan Anatol persuasi adalah proses komunikasi yang kompleks pada saat individu atau kelompok mengungkapkan pesan, baik sengaja ataupun tidak, melalui cara-cara verbal dan non verbal untuk memperoleh respons tertentu dari individu atau kelompok lain. Sedangkan Ilardo menjelaskan bahwa persuasi adalah proses komunikatif untuk mengubah kepercayaan, sikap, perhatian, atau perilaku baik secara dasra maupun tidak dengan menggunakan kata-kata dan pesan non-verbal.



    2.2.5.1 Macam-macam Paragraf Persuasi

    2.2.5.1.1 Persuasi Politik
    Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya. Kita akan bisa memahami persuasi politik lebih baik lagi, bila kutipan berikut ini kita kaji dengan teliti. Naskah persuasi politik berikut ini berkombinasi dengan eksposisi.
    BILA SI MPR HANYA BAGI-BAGI KEKUASAAN RENDRA DAN EEP SERUKAN PEMBANGKANGAN
    Setiap orang indonesia yang sadar hak-haknya haruslah siap melakukan gerakan pembanggkangan warga negara. Itu perlu, terutama bila agenda nasional berupa Sidang Istimewa (SI) MPR mendatang ini akhirnya hanya merupakan forum konstitusional bagi para elit politik untuk berbagi kesuasaan antar mereka hingga melupakan kepentingan umum masyarakat.
    Dramawan W.S. Rendra bersama pengamat politik Eep Saefullah Fatah disertai sejumlah praktisi ekonomi dan seniman dengan lantang menyerukan itu dalam sebuah konfrensi pers di Kantor Dewan Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis(19/7) siang.
    Seruan agar masyarakat melakukan pembanggkangan warga negara ini, kata Eep dan Rendra, diungkap sebagai wujud keprihatinan mereka sebagai warga negara atas terjadinya arus utama politik dan ekonomi yang terus menerus menempatkan rakyat sebagai korbannya.
    Pembangkangan warga negara diperlukan, demikian argumen Eep terutama bila proses transisi ke arah demokrasi sudah menjadi makin elitis dan mengarah pada pembajakan demokrasi oleh kekuatan maupun pikiran yang berpihak pada otoritarianisme.
    Menurut Eep, hal inilah yang kini membayangi proses transisi yang tengah bergulir di negara ini, terutama jika menyaksikan si MPR yang kini telah dipersiapkan tak lebih sebagai arena pertaruhan politik kanak-kanak. Perhelatan mahal ini dibuat demi upaya bisa melakukan pergantian kekuaasan. “Sementara agenda mendasar yang perlu dikerjakan bisa membuat rakyat bisa keluar dari krisis ekonomi yang mencekik dan krisis politik yang memuakkan, justru diabaikan”, jelas Eep.
    Lebih menyedihkan lagi,tambahnya,ketika arus politik dan ekonomi yang telah menempatkan rakyat sebagai korbannya ini seolah-olah hanya dilawan oleh pembangkangan militer dan polisi. Citra yang terbangun oleh pemberitaan pers bahkan telah menempatkan parlemen-parlemen seolah-olah sebagai pahlawan yang ingin melawan arus itu.”Padahal, sesungguhnya jutru DPR-lah yang telah ikut mengalirkannya,” ujar mahasiswa Ohaio State University,AS ini.
    W.S Rendra menambahkan, gerakan ini jauh dari sikap anarkis. Gerakan ini ibarat sebuah obat mujarap yang mampu mengobati kelesuan jiwa agar mampu merebut masa depan yang baik. Karena itu, ia berpendapat perlu dibangun konsolidasi antar sesama warga negara dan aturan-aturan main yang demokratis. “Dari perspektif kebudayaan, situasi sekarang ini menjadi tidak menentu akibat tidak adanya aturan-aturan yang benar. Apalagi rakyat sering dianggap sebagai massa bukan lagi insan manusia yang juga warga negara”, jelas tokoh pendiri Bengkel Teater ini berapi-api.
    Penggiat seni, Edi Haryono, yang membaca naskah “Seruan bagi Gerakan Pembangkitan Warga Negara”, menyebutkan, proses sosial, ekonomi, dan politik sekarang ini berjalan ditengah ketiadaan aturan main bernegara yang demokratis telah membiarkan tatanan hidup bernegara dikelola dipolitika dan ekonomi telah membiarkan tatanan hidup bernegara dikelola di atas aturan main yang compang-camping, tidak utuh dan belum demokratis.
    (Kompas,26 Juli 2001)
    2.2.1.5.2 Persuasi Pendidikan
    Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak supaya mereka giat berlajar, senang membaca dan lain-lain. Seorang motivator atau inovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan. Kutipan artikel berita ini dapat dijadikan bahan menelaah karangan persuasi pendidikan.
    KERAPIAN BERBAHASA BERKOLERASI DENGAN KECERMATAN PENALARAN
    Keterampilan berbahasa perlu diposisikan berbanding sejajar dengan kerapian berbahasa. Artinya, kepiawaian berbahasa seseorang harus didukung bahkan ditentukan oleh kerapian atau keapikan bahasa yang digunakannya.
    “Mengenai hal ini ada pandangan yang menyebutkan bahwa kerapian berbahasa sangat berkorelasi dengan kecermatan penalaran,” kata Dr. Hasan Alwi, mantan kepala pusat bahasa, di sela-sela seminar nasional XI Bahasa dan Sastra indonesia, di Denpasar (Bali) yang berlangsung 10-12 juli 2001.
    Menurut Hasan Alwi, pemakaian bahasa yang rapi dan dilandasi oleh penalaran yang cermat merupakan syarat mutlak dalam keterampilan berbahasa. Dua hal ini sekaligus akan sangat membantu kemudahan dan kelancaran dalam berkomunikasi. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan perpaduan ideal itu masih jauh dari harapan. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa indonesia-baik tulis maupun lisan- dikalangan masyarakat indonesia yang masih terkesan sembrono, serta mengabaikan prinsip-prinsip dasar bahasa indonesia yang baik dan benar. “Jika ditinjau dari segi kerapian bahasa dan kecermatan bernalar, mutu pemakaian bahasa indonesia yang dihasilkan itu sering sekali membuat para pakar dan pengamat bahasa berkecil hati”. Kata Hasan Alwi.
    (Kompas, 10 Juli 2001)
    2.2.1.5.3 Persuasi Advertensi/Iklan
    Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu,advertensi diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula yang panjang.
    Persuasi iklan yang baik adalah persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli barang yang ditawarkan. Sebaliknya, persuasi iklan itu tergolong sebagai persuasi yang kurang baik apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang diiklankan.
    Contoh persuasi iklan:
    Arnold Palmer dewasa ini menggebrak dunia usaha dengan kehebatan yang sama dalam permainan golf. Ia penuh keyakinan, gigih dan berani dalam mengambil resiko. Namun dengan perhitungan yang matang.
    Palmer melibatkan diri dalam belasan kegiatan usaha di seluruh dunia, yang membuatnya seringkali terbang untuk berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri pesawat jet pribadinya.
    Satu dari kegiatan-kegiatan yang paling penting adalah merancang desain dan lanskap padang-padang golf. The Chun Shan yang menjadi padang golf baru pertama di cina sejak tahun 1930-an adalah salah satu contoh yang luar biasa. Di samping itu, nama Arnold Palmer pada pakaian golf, golf clubs, jasa carter angkutan udara, pembangunan real estate, dan banyak lagi.
    Di balik senyum yang telah menjadi tokoh televisi. Palmer merupakan seorang pengusaha sukses yang selalu memberikan perhatian sampai ke detail.
    Palmer tetap merupakan nama yang diperhitungkan di padang golf yang mampu mempesona penonton maupun pemain handal yang dihadapinya.
    Menjaga ketetapan waktu jelas merupakan tugas yang amat penting. Ia mempercayakan pada jam tangan emas Rolex Oyster Day-date.”Bagi saya golf sudah merupakan bagian dari jiwa. Perasaan yang sama kuatnya juga saya alami dengan Rolex, Rolex menjalankan tugasnya dengan sempurna!”
    Suatu pujian yang berharga dari orang yang sangat menghargai ketepatan waktu.
    (Intisari)
    2.2.1.5.4 Persuasi Propaganda
    Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya tujuan persuasi tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
    Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajaka. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar pembaca atau pendengar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang berisi informasi tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi propaganda. Perhatikan kutipan karangan persuasi propaganda dibawah ini.

    Perilaku menyampah
    Di kota-kota besar, setiap orang mencari kemudahan dalam hidup. Kebiasaan makan, misalnya, di kota besar, restoran fast food cenderung menggunakan kemasan yang terbuat dari plastik atau stirofoam yang sekali pakai langsung buang. Kemasan kue dahulu menggunakan daun pisang yang bisa membusuk, sekarang cenderung menggunakan plastik. Semua itu kebiasaan impor yang bukan budaya indonesia. Budaya indonesia menggunakan kemasan daun pisang atau daun jati.
    Sebenarnya volume sampah bisa dikurangi drastis bukan hanya dengan menangani sampah plastik dengan sebaik-baikna atau dengan daur ulang tetapi bagaimana menghindari seminim mungkin perilaku menyampah. Hanya kekuatan konsumen yang bisa menekan produsen mengurangi bahan-bahan yang makin menambah volume sampah.
    Semaksimal mungkin semua orang harus mengurangi penggunaan kemasan-kemasan yang kemudian akan menjadi sampah yang tidak bisa hancur. Misalnya, menghindari membeli makanan dan minuman yang menggunakan kemasan plastik, stirofoam, atau kalaupun terpaksa membeli,ambil saja makanannya, kemasannya dikembalikan lagi kepada penjualnya. Rasanya tidak menggunakan kemasan plastik tidak akan mengurangi kenyamanan hidup ini.



    2.3 Wacana Koran jawa Pos
    Jawa Pos adalah surat kabar harian yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Jawa Pos merupakan harian terbesar di Jawa Timur, dan merupakan salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Sirkulasi Jawa Pos menyebar di seluruh Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Jawa Pos mengklaim sebagai "Harian Nasional yang Terbit dari Surabaya".

    Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Saat itu The Chung Shen hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari dia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri. Setelah sukses dengan Jawa Pos-nya, The Chung Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Bisnis The Chung Shen di bidang surat kabar tidak selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun. Ketika usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di London, Inggris.
    Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada tahun 2000. Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997, Jawa Pos pindah ke gedung yang baru berlantai 21, Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Tahun 2002 dibangun Graha Pena di Jakarta. Dan, saati ini bermunculan gedung-gedung Graha Pena di hampir semua wilayah di Indonesia.
    Tahun 2002, Jawa Pos Group membangun pabrik kertas koran yang kedua dengan kapasitas dua kali lebih besar dari pabrik yang pertama. Kini pabrik itu, PT Adiprima Sura Perinta, mampu memproduksi kertas koran 450 ton/hari. Lokasi pabrik ini di Kabupaten Gresik, hanya 45 menit bermobil dari Surabaya. Setelah sukses mengembangkan media cetak di seluruh Indonesia, pada tahun 2002 Jawa Pos Grup mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam, Riau TV di Pekanbaru, FMTV di Makassar, PTV di Palembang, Padjadjaran TV di Bandung. Memasuki tahun 2003, Jawa Pos Group merambah bisnis baru : Independent Power Plant. Proyek pertama adalah 1 x 25 MW di Kab. Gresik, yakni dekat pabrik kertas. Proyek yang kedua 2 x 25 MW, didirikan di Kaltim, bekerjasama dengan perusahaan daerah setempat. Pada tahun 2008.


    2.4 Kerangka Teori




    BAB III
    HASIL DAN PEMBAHASAN


    Pada bab tiga ini akan dibahas mengenai hasil menganalisis paragraf persuasi pada koran jawa pos, paragraf persuasi tersebut antar lain:

    3.1 Paragraf Persuasi Politik
    Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya.


    3.1.1 Judul “Ical Minta Pengurus Kompak”
    Paragraf 1
    Ketua umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical meminta para pengurus DPP Partai Golkar tetap bersatu menjalankan agenda bersama. Pengurus diharapkan tidak memiliki agenda politik tersembunyi selama menjadi anggota kabinetnya.
    Paragraf 2
    “Saya harapkan kita tidak menuruti agenda antarpengurus sendiri. Saya juga menginginkan tidak ada prasangka dan tidak ada kecurigaan,” ujar Ical.
    Paragraf 3
    Namun dia meminta pengurus mengutamakan kepentingan partai diatas kepentingan pribadi dan kelompok masing-masing.
    Paragraf –paragraf diatas merupakan paragraf persuasi karena adanya pengajakan yang dilakukan ketua umum DPP Partai Golkar meminta para pengurus DPP Partai Golkar bersatu menjalankan agenda bersama. Pernyataan diatas berisikan imbauan yang menyakinkan gagasan yang disampaikannya dengan alasan fakta-fakta dan bukti-bukti kuat.


    3.1.2 Judul “Sikat Korupsi Belum Sepenuh Hati”
    Paragraf 6
    Dengan prestasi tersebut, lanjut staf pengajar UGM itu, tidak bisa dikatakan upaya pemberantasan korupsi di era pemerintahan SBY jalan di tempat seperti treadmill . “jalan ditempat jelas tidak. Yang jelas, masih ada sejumlah PR(Pekerjaan Rumah, Red) yang harus diselesaikan.”
    Paragraf diatas disebut paragraf persuasi karena adanya permasalah-permasalahan pemerintah yang harus diselesaikan di era pemerintahan SBY. Kalimat tersebut menggunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan dan merangsang emosi pembaca.



    3.1.3 Judul “Boediono Tak Mau Sekedar Pelengkap”
    Paragraf 1
    Boediono meminta para Gubernur meningkatkat komunikasi dengan kantor yang dipimpinnya sebagi upaya menyelesaikan berbagai masalah di daerah.
    Paragraf 4
    Boediono mengatakan, komunikasi antara pusat dan daerah merupakan kunci dalam pemerintahan kedepan. Penyelesaian masalah tidak boleh terlambat. Sebab, jika masalah itu terakumulasi, akan menjadi semakin rumit. “semakin dini berkomunikasi, makin bisa menyelesaikan masalah. Itu adalah cara terbaik untuk mengelola keadaan,” tuturnya.
    Paragraf 7
    Sejumlah peraturan daerah juga masih banyak yang penghambat iklim usaha. Padahal, jika dimanfaatkan dengan baik, potensi didaerah cukup besar. Dengan demikian, seharusnya potensi itu bisa dimanfaatkan secara optimal jika layanan publik membaik serta mempunyai aturan yang mendukung......................”perlu dicari mana yang salah. Apakah pusat, daerah, atau dua-duanya.”
    Ketiga paragraf diatas dapat digolongkan kedalam paragraf persuasi karena pada paragraf 1, Boediono mengajak para Gubernur meningkatkan komunikasi dengan kantor yang dipimpinnya sebagai upaya menyelesaikan masalah di berbagai daerah. Sedangkan paragraf 4 Boediono mengajak agar masalah diselesaikan dengan cepat. Pada paragraf 7 Boediono mengajak pemerintah agar lebih mengoptimalkan potensi daerah. Paragraf-paragraf diatas merupakan paragraf persuasi karena penulis berhasil menyakinkan para pembaca dengan argumen atau alasan yang tepat.



    3.1.4 Judul “SBY Ingatkan Kontrak Parpol Koalisi”
    Paragraf 3
    Evaluasi kontrak koalisi tersebut disinggung saat SBY meminta para wakil mentri menjalankan fakta integritas dan kontrak kinerja yang telah mereka teken..................”Saya akan melakukan evaluasi terhadap semua itu, dengan harapan semua setia dan konsisten atas apa yang ditanda tangani, “kata SBY.
    Paragraf 5
    Dalam Pansus bank Century banyak kader Parpol yang bersebrangan secara poltik dengan SBY. Seperti, munculnya rekomendasi yang menghimbau Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani non aktif saat diperiksa.
    Paragraf 6
    Presiden mengatakan, meski situasi politik bulan-bulan cukup menghangat, dia berharap jajaran pemerintahan tetap berkonsentrasi untuk menjalankan tugas pokoknya.” Apapun yang terjadi seraya mengelola kehidupan politik dengan sebaik-baiknya, kami ingin semua program sekali lagi, tetap berjalan, “tandasnya.
    Paragraf 7
    SBY juga berharap semua jajaran pemerintahan menyukseskan program seratus hari yang akan menjadi pijakan untuk melaksanakan progarm 5 tahun kedepan. “meski (program seratus hari) bukan satu-satunya ini sebagai landasan, sebagai penentuan prioritas, “katanya.
    Beberapa paragraf di atas tergolong paragraf persuasi karena didasari kalimat-kalimat yang menggunakan pendekatan emotif, seperti pada paragraf 3 “ SBY meminta para wakil mentri menjalankan fakta integritas dan kontrak kinerja, adapun pada paragraf 5 adanya imbauan bahwa Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani sebaiknya non aktif saat diperiksa. Paragraf 6 tertulis bahwa “SBY mengajak untuk tetap berkonsentrasi dalam menjalankan tugas pokoknya. Paragraf 7 tertuliskan bahwa SBY juga mengharapkan semua jajaran pemerintahan sukses dalam program seratus hari.
    Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan.



    3.1.5 judul “Pers Versus Hukum Pidana”
    Paragraf 2
    Para wartawan itu meminta polisi tidak menggunakan KUHP dalam menyelesaikan kasus yang berkaitan kegiatan jurnalistik. Kecuali sang wartawan melakukan aksi kriminal murni. Seperti pemerasan, perampokan, atau pencurian.
    Paragraf 7
    Untuk itu, wartawan harus berkerja sesuai kode etik. Ingat pesan dalam Pasal 3, wartawan selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta, dan opini yang menghakimi, serta menerapakan asas praduga tak bersalah.
    Kedua paragraf diatas dapat dikatakan sebagai paragraf persuasi karena kalimat-kalimatnya mengandung imbuan kepada pembaca. Paragraf ke 2 “para wartawan meminta polisi tidak menggunakan KUHP dalam menyelesaikan kasus yang berkaitan dengan kegiatan jurnalistik serta pada paragraf 7 wartawan diajak untuk bekerja sesuai kode etik
    Pada kolom ekonomi politik banyak ditemukan paragraf persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya.

    BAB IV
    SIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan
    Dari uraian yang telah dipaparkan, penulis dapat menarik suatu kesimpulan, diantaranya:
    1. Paragraf persuasi merupakan paragraf yang bertujuan mengajak dan meyakinkan pembaca sehingga mau melakukan sesuatu yang diharapkan oleh penulis.
    2. Paragraf persuasi dapat di kelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu persuasi politik, persuasi pendidikan, persuasi propaganda dan persuasi iklan/advertensi.
    3. Terdapat perbedaan antara paragraf persuasi dengan paragraf argumentasi. Paragraf persuasi berusaha mencapai suatu persetujuan atau penyesuaian kehendak penulis dengan pembacanya. Sedangkan paragraf argumentasi berupaya membuktikan suatu kebenaran sebagai digariskan dalam proses penalaran penulis.


    Saran
    Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan yaitu:
    1. Pembaca dapat mengetahui tujuan dari paragraf persuasi.
    2. Pembaca dapat membedakan antara paragraf persuasi dengan paragraf argumentasi



    DAFTAR PUSTAKA

    M. Moeliono, Anton. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
    Santoso Ananda dan Priyanto S. 1995. Kamus Lenkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.
    Oemarjati, Boen S dan Pattinasarany, Sally. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 10. Jakarta: Widya Utama.
    Sumberlain:
    http://www.wordpress/paragraf.com....................................................................
    http://www.4shared/file-paragraf persuasi.com...................................................
    http://www.seluk-beluk paragraf.com…………………………………………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar